Setelah baca berita tadi pagi, tentang web desa di sulawesi yang menghabiskan angggaran sekitar 2.2 M jadi tergelitik pengen nulis artikel ini. Dari artikel tersebut biaya web desa disebutkan sekitar 31 juta perdesa. Itu termasuk pelatihan pembuatan, pengelolaan dan pengoperasian. Jika dilihat untuk harga pembuatan sebuah website dan termasuk harga pelatihan. Dan mungkin kontrak kerja yang beberapa tahun. Hal itu masuk wajar saja. Namun jika dilihat dana itu diambil dari uang masyarakat maka itu terkesan sangat pemborosan. Karena masih bisa dicari solusi hematnya.
Jika dihitung dari biaya domain, hosting, theme, biaya instalasi, desain, input data, SEO dan lainnya. Maka harga yang wajar dan jadi acuan sangat relatif. Karena ada beberapa harga berbeda. Namun jika distandarkan untuk website level desa yang mengutamakan sisi sosialnya maka setidaknya biayanya 3 juta sampe 7 juta pertahun adalah wajar. Itu tidak termasuk biaya pelatihan yang saya sendiri tidak tahu berapa standar biayanya.
Untuk saya sendiri mengerjakan website desa lebih ke misi sosial. Ikut membantu pemerintah desa memperkenalkan desanya ke luar, memberikan informasi desa, informasi pembangunan. Namun jika dilihat sisi bisnis maka akan banyak pembenaran untuk mendapatkan keuntungan sebanyak banyaknya. Apalagi emang ada dana yang tersedia untuk itu. Namun bijak dalam menggunakan dana masyarakat jauh lebih baik ketimbang terlalu boros.